Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 214

"Kita harus bantu Sabina supaya dia bisa berkeluarga. Kalau dia punya suami yang punya ijin tinggal yang legal dan sah di sini, yang tentu seiman, itu akan sangat membantu dia."

"Tapi siapa yang mau sama perempuan berwajah buruk begitu Hoca."

"Tapi dia shalihah insya Allah Paman. Kita lihat sendiri kehidupan dia sehari-hari se1ama di sini. Shalat tepat waktu, rajin baca Al Qur'an, sopan dan menjaga diri."

"Saya tahu dia baik Hoca. Ya memang sebaiknya ia punya keluarga. Rasanya dia, masih belum tua. Hoca mungkin bisa bincangkan hal itu bersama Tuan Taher dan Nona Heba."

"Nanti akan saya bincangkan dengan mereka. Berarti kita harus jemput Sabina di hospital, Paman."

"Sudah mau magbrib Hoca."

"Kita shalat maghrib dulu, makan malam dengan nasi goreng khas indonesia buatan Misbah lalu kita jemput Sabina."

•••

Kedua tangan Sabina masih diperban, namun sudah bisa digunakan untuk memegang mushaf Al Qur'an. Perempuan bermuka buruk itu membaca mushaf dengan suara sedang, tidak keras dan tidak lirih. Suaranya serak, namun tajwidnya tepat, hanya saja makharijul hurufnya terkadang terganggu oleh serak suaranya itu.

Sabina membaca surat Maryam. Air matanya meleleh. Sabina menangis. Ia tetap membaca surat itu dengan suara serah dan isak tangis. Perempuan itu sama sekali tidak menyadari bahwa Fahri, Paman Hulusi dan Misbah mendengarkan bacaannya di sam ping pintu kamar hospital itu. Fahri mengisyaratkan agar menunggu sampai Sabina selesai menangisnya. Khatam membaca surat Maryam, Sabina menyudahi tilawahnya dan menutup mushaf itu. Dengan ujung jilbabnya ia menyeka kedua matanya.

Sabina berniat hendak menutup tirai jendela kamar itu dan mematikan lampu untuk Istirahat. Paman Hulusi mengetuk pintu. Sabina beranjak membuka pintu dan agak terkejut ketika mendapati Paman Hulusi, Fahri dan Misbah ada di situ.

"Waktu di hospital sudah habis, Sabina saatnya kembali ke Stoneyhill Grove." Ujar Fahri.

"Ijinkan saya hidup seperti dulu lagi, hidup di jalan berkawan dengan semua makhluk Allah." Jawab Sabina.

"Di Stoneyhill Grove kau juga bisa berkawan dengan semua makhluk Allah, tidak ada yang membatasimu. Kami hanya ingin menjaga kehormatanmu sebagai seorang muslimah, tidak lebih." Sahut Fahri.

"Hoca Fahri tidak ingin kau terlantar Sabina. Nenek Catarina yang Yahudi saja ditolongnya agar tidak terlantar, agar hidup tenang. Saya tahu Hoca Fahri akan sangat tersiksa jika tidak bisa menolongmu hidup layak selayaknya manusia pada umumnya di sini. Jadi jangan banyak bicara kemasilah barangmu, sebab semua urusan administrasi sudah selesai." Sambung Paman Hulusi tegas.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 214

0 komentar:

Posting Komentar