Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 200

Air mata Fahri meleleh mendengar nasehat dan wasiat itu.

"Insya Allah, Syaikh. Saya akan laksanakan semampu saya."

"Berikutnya masalah yang tidak kalah penting. Yang sejak kali pertama sudah aku sampaikan kepadamu dengan berterus terang." Syaikh Utsman menghela nafas, Fahri sudah tahu ke mana arah Syaikh Utsman bicara. Dada Fahri bergetar hebat. Ia ingin menerima Yasmin tapi belum mantap betul. Ia mau menolaknya tapi tidak melihat alasan yang bisa ia gunakan untuk menolaknya. Cucu Syaikh Utsman itu tidak layak untuk ditolak. Apalah arti dirinya, siapakah dirinya? Dari segi nasab pun ia tidak ada apa-apanya dibandingkan Yasmin. Bagaimana mungkin ia berani menolaknya. Fahri menunduk, pasrah. Dalam hati ia akan menjawab, bahwa ia menyerahkan keputusannya sepenuhnya pada Syaikh.

"Secara dhahir aku melihatmu sebagai lelaki yang baik, shalih. Secara batin aku mendoakan semoga yang batin jauh lebih baik," lanjut Syaikh utsman, "Anakku, aku sangat yakin bahwa kau bisa menerima segala takdir Allah untukmu dengan penuh keikhlasan."

Fahri menunduk dan mengangguk pelan.

"Anakku, aku minta maaf kepadamu jika aku telah mengganggu ketenanganmu. Aku sama sekali tidak ada tujuan meletakkan madharat kepadamu sedikit pun."

Fahri mengangguk. Ia tidak berani menatap mata gurunya.

"Aku tawarkan Yasmin, aku temukan kau dengan Yasmin, tujuanku seperti Umar ketika menawarkan putrinya kepada para sahabat Nabi yang ulama. Untuk mencari keridhaan Allah ta'ala. Namun terkadang kita berikhtiar, dan hasilnya bisa jadi tidak seperti yang kita duga."

Air mata Fahri meleleh, ia seperti tersindir. Ia merasa bahwa Syaikh Utsman seperti melihat kegundahan dirinya.

"Anakku, tadi di sepertiga malam terakhir, Yasmin datang mengetuk kamarku. Ia datang dengan menangis. Ia menangis sambil minta maaf kepadaku. Ia mengatakan agar juga dimintakan maaf kepadamu. Ia minta maaf karena ia tidak bisa melanjutkan proses."

Fahri kaget mendengar hal itu. Yasmin minta proses tidak dilanjutkan? Ia kaget karena dua hal. Pertama, ia diam-diam bahagia karena itu berarti ia terlepas dari beban harus memberikan jawaban atas permintaan oleh Syaikh Utsman. Kedua, ia kaget Yasmin meminta proses itu tidak dilanjutkan setelah ia bertemu dengan cucu Syaikh Utsman itu.

Apakah Yasmin menilai dirinya tidak layak untuk dijadikan suami? Apakah Yasmin tidak suka dengan tampang dan wajahnya? Apakah Yasmin melihat sesuatu dalam dirinya yang bertentangan dengan syariat sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan proses?

Syaikh Utsman seperti mendengar pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam batin Fahri.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 200

0 komentar:

Posting Komentar