Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 136

Di ruang tamu, Paman Hulusi melihat ke arah rumah Nenek Catarina dari jendela.

"Ada apa Paman?"

"Itu ada yang menyeret nenek Catarina keluar rumahnya."

"Kenapa Paman tidak mencegahnya?"

"Saya baru tahu ketika nenek Catarina menjerit."

Di beranda rumah nenek Catarina, tampak seorang lelaki menyeret nenek Catarina. Lelaki itu tampak marah. Nenek Catarina seperti ingin menempel di lantai rumahnya. Ia meronta dan menjerit tidak mau meninggalkan rumahnya. Tapi lelaki itu tampak lebih bertenaga. Nenek Catarina menghiba memohon belas kasihan.

"Tolong ingat lah, aku ini istri almarhum ayahmu, Baruch. Kalau pun kau tidak menganggap diriku sebagai ibumu, tapi aku ini istri almarhum ayahmu. Hormatilah ayahmu, kalau kau tidak mau menghormati aku!"

"Engkau sendiri yang tidak mau menghormati dirimu. Dengan cara yang paling halus aku sudah memberitahumu. Tapi kau sendiri tidak mau menghormati dirimu. Cara seperti ini ternyata yang kau pilih! Mulai hari ini jangan berani menyentuh dan memasuki rumahku ini! Ingat ini rumahku, legal demi hukum ini adalah rumahku!"

"Aku sudah tua, kenapa tidak kau tunggu biarkan aku meninggal dulu baru kau ambil rumah ini?"

"Jangan banyak bicara. Itu terserah aku, kapan aku mau mengambil atau menjual harta milikku itu terserah aku. Tidak boleh ada yang mengatur diriku, termasuk kamu! Pilihanmu kau meninggalkan rumah ini secara sukarela atau aku seret dan kau akan malu!"

"Aku tidak akan meninggalkan rumah ini! Seretlah aku! Ayo seretlah aku, aku tidak takut!"

Dengan geram lelaki bernama Baruch itu menyeret nenek Catarina ke halaman rumahnya. Nenek Catarina menjerit ketika ia diseret menuruni tangga beranda rumahnya ke halaman rumahnya.

Fahri yang mendengar itu semua ia tidak tega. Ia langsung keluar dengan setengah berlari. Fahri berusaha mencegah tindakan itu. Paman Hulusi mengikuti dari belakang. Pintu rumah Brenda tampak terbuka, dan muncul pula Brenda dari dalam rumahnya.

"Hei ... hei ada apa ini? Tolong hentikan! Ini tidak manusiawi! Tolong dia sudah tua!" Tegas Fahri. Seketika lelaki bernama Baruch itu melepas pegangannya pada nenek Catarina. Baruch langsung menghadapkan wajahnya ke arah Fahri dengan wajah merah membara.

"Jangan mencampuri urusan orang lain! Kalau tidak tahu duduk perkaranya, jangan asal bicara! Kembalilah ke rumahmu sebelum aku berpikiran untuk berurusan denganmu!" Hardik Baruch.

"Kita ini berada di negara yang menjunjung hukum. Tidak usah main kasar begitu. Saya bisa laporkan kepada polisi atas tindakanmu yang semena-mena ini!"


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 136

1 komentar: