Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 145

"Okay aku setuju. Kau dan seluruh orang di rumah ini boleh ikut serta, dan nanti menunya saya pesankan yang vegetarian. Kalau begitu bersiaplah."

"Jadi tetap malam ini kita ke sana?"

"Mau kapan lagi? Aku sudah siap ini, lihat!"

"Baik."

"Nanti pakai mobilmu ya?"

"Boleh."

Fahri lalu meminta Misbah dan Paman Hulusi bersiap. Fahri menawari Nenek Catarina kalau mau ikut pergi keluar ditraktir oleh Brenda.

"Kamu ini bagaimana, katanya saya barus hati-hati bergerak. Tidak, saya tidak ikut, saya di rumah saja." Jawab nenek Catarina.

Sabina tampak sedang menyalakan kompor untuk membuat tomato soup.

"Sabina!"

"Iya Nek."

"Kau ikut saja dengan mereka. Biar kau merasakan juga makan malam di Royal Cafe."

"Tapi soupnya?"

"Tidak perlu. Biar aku makan pizza saja."

"Tapi..."

"Kau ajak dia juga kan Fahri?"

Fahri memandang Sabina sekilas, "Eh iya, jika Sabina mau?"

"Kau harus ikut Sabina! Sana cepat ganti pakaian!" Hardik nenek Catarina.

•••

"Kenapa Paman cemberut terus begitu?"

"Aku sebel, Hoca!"

"Sebel apa?"

"Nenek Yahudi itu."

"Nenek Catarina?"

"Iya siapa lagi?"

"Kenapa dengan nenek Catarina?"

"Kenapa jadi dia yang ngatur-ngatur!? Bukan dia yang punya rumah, seenaknya saja ngatur-ngatur! Makan dikasih pizza tidak mau, maunya soup! Lagi dia ngatur-ngatur supaya Sabina ikut! Memangnya siapa dia? Dasar Yahudi!"

"Hei, jangan berkata begitu Paman. Itu bukan karena Yahudinya. Orang kalau sudah tua, sudah nenek-nenek memang suka begitu. Orang itu kalau sudah tua dan semakin tua terkadang kembali seperti anak kecil lagi. Sering manja, sering merajuk, sering mengatur seenaknya. Ya kayak anak kecil. Jangan dimasukkan dalam hati."

Paman Hulusi mengangguk, ia memacu mobil SUV BMW itu dengan kecepatan tinggi menuju Edinburgh. Ia dan Fahri berbincang dengan bahasa Turki.

"Hei kalian bicara pakai bahasa apa? Saya tidak paham, pakai bahasa Inggris please!" Gerutu Brenda yang duduk di bagian belakang bersama Sabina dan Misbah.

"Iya, sorry Brenda. Kau bisa berbicang-bincang dengan Misbah atau Sabina kalau kami pas lagi berdialog dengan bahasa Turki. Maafkan atas ketidaknyamanan ini."

Mobil terus melaju di jalur A1 memasuki pusat kota Edinburgh. Beberapa menit kemudian mobil SUV mewah itu sudah meluncur di atas aspal Princess Street.

"Belok kanan menuju West Register Street, Paman." Sabina memberi aba-aba.

"Terlambat memberi tahu, seharusnya belokan tadi ke kanan."

"Maaf Paman."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 145

0 komentar:

Posting Komentar