Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 141

Fahri kembali merebahkan punggung dan kepalanya ke sofa. Mulutnya berkomat-kamit melantunkan dzikir senja. Subhanallah wa bihamdihi 'adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata 'arsyihi wa midada kalimatihi. Di dapur, Sabina sibuk menyiapkan minuman. Terdengar suara sendok beradu dengan gelas karena mengaduk minuman. Sejurus kemudian Sabina telah datang membawa nampan berisi segelas teh dan sepiring kecil kue cake cokelat.

"Silakan Tuan." Serak Sabina sembari meletakkan isi nampan di atas meja di depan Fahri.

"Terima kasih, Sabina." Lirih Fahri tanpa melihat wajah Sabina, Perempuan bermuka buruk itu lalu bergegas pelan meninggalkan Fahri.

Fahri menegakkan punggungnya dan meraih gelas berisi teh itu. Ia menyeruputnya. Ia sedikit Kaget. Teh itu terasa nikmat. Rasa teh itu begitu berbeda. Beberapa tahun yang lalu ia pernah merasakan jenis teh seperti itu. Hatinya bergetar,

"Sabina, sebentar!"

"Iya Tuan."

"Ini teh apa? Dari mana kau dapatkan?"

"Itu teh Turki yang ada di dapur Tuan. Paman Hulusi yang beli."

"Rasanya berbeda dari biasanya. Ini bukan teh Turki biasanya itu?"

"Maaf Tuan, itu teh Turki biasanya itu, lalu saya tambahi madu dan jeruk nipis. Keluarga kami biasa membuat seperti itu. Diminum dalam kondisi hangat dan panas bisa lebih menyegarkan. Apa rasanya tidak cocok Tuan? Mohon maaf kalau saya lancang membuatkan teh seperti itu."

"Ah tidak Sabina, tidak masalah. Ini enak. Saya suka. Oh ya, mana nenek Catarina?"

"Dia tidur di dalam kamarnya Tuan."

"Sudah minum obat dia?"

"Sudah Tuan."

"Kasihan nenek itu, tolong rawat dia dengan baik Sabina."

"Baik Tuan. Ada lagi yang bisa saya bantu Tuan?"

"Sudah, terima kasih Sabina."

Sabina melangkah ke tangga dan turun ke kamarnya yang ada di lantai paling dasar. Fahri menyeruput kembali teh itu. Setiap kali teh itu menyentuh bibirnya, lidahnya, tenggorokannya dan menghangatkan dadanya, ia merasakan getaran hangat. Entah kenapa ia merasakan kehangatan seperti yang beberapa tahun lalu ia rasakan. Kehangatakan ketika dibuatkan teh yang mirip seperti itu oleh Aisha, istrinya tercinta. Ia kembali menyeruput teh itu, dan kali ini dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Jika Aisha masih bidup, apakah ia juga sedang menyeruput teh senikmat ini? Ya Allah, jagalah isteriku itu jika ia masih hidup, dan rizkikan kepada kami bisa bertemu kembali. Jika Aisha sudah mati, ya Allah berilah dia minuman di kuburnya yang lebih nikmat dari teh ini. Allahummaghfir laha warhamha warhamha warhamha ya Allah."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 141

0 komentar:

Posting Komentar