Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 149

"Dengan senang hati, saya menunggu kedatangan Tuan Baruch jika mau menemuiku di Stoney Hill Grove. Ada yang lain Tuan Baruch?"

"Tidak."

Fahri lalu berjalan cepat ke pintu. Di pintu Paman Hulusi tampak menunggu dengan waspada. Pandangan mata Paman Hulusi sempat beradu dengan mata Baruch.

"Sudah Paman, mari pulang!" Lirih Fahri

"Iya Hoca."

Fahri dan Paman Hulusi hilang dari pandangan Baruch. Anak tiri nenek Catarina itu tampak gusar dan menahan emosi.

"Mereka harus diberi pelajaran! Baruch tidak boleh ditentang!" Rahang Baruch mengeras.

"Dia tampak terdidik. Ya tentu saja pengajar di The University of Edinburgh pasti telah melalui seleksi. Jadi tampaknya dia bukan jenis summun bukmun 'umyun." Gumam Samuel, si wartawan teman Baruch.

"Saya malah penasaran, apa yang diketahuinya tentang amalek?" Sahut Benyamin.

"Tampaknya dia merasa tersindir ketika kita menyebut keledai-keledai bodoh itu sebagai amalek." Tukas Samuel.

"Dia salah besar memberikan tantangan kepada kita. Aku bersumpah sebentar lagi amalek-amalek itu akan jadi gembel di sini." Geram Baruch.

"Aku menunggu apa yang akan terjadi dan siap memberitakannya." Samuel menukas santai sambil menuangkan wisky merah ke dalam gelasnya. Sementara Benyamin dan teman satunya mengangguk-angguk seolah mengamini kata-kata Baruch yang mewakili perasaan mereka.

•••

Saat membuka pintu rumah, Fahri mendapati nenek Catarina tertidur di sofa sambil memeluk sebuab buku. Fahri mendekati nenek Yahudi yang sudah berkeriput itu dan dengan lembut membangunkannya. Paman Hulusi langsung masuk ke kamarnya. Misbah langsung masuk ke kamar kecil menuntaskan hajatnya yang telah ia pendam sepanjang perjalanan. Sementara Sabina berdiri dekat dapur sambil memperhatikan apa yang dilakukan orang yang menolong dan memberikan tumpangan kepadanya.

"Nenek bangun, Nek ..." Fahri menggugah pelan.

Nenek Catarina membuka kedua matanya.

"Kalian sudah pulang?"

"Iya Nek. Kami baru saja pulang. Nenek sudah makan malam? Sudah diminum obatnya?"

"Oh my God, belum. Saya ketiduran, saya baca novel ini tadi. Eh ketiduran."

"Nenek masih mau makan pizza, atau mau dibuatkan tomato soup?"

"Siapa yang mau membuatkan tomato soup? Kalian semua pasti sudah letih dan ingin segera istirahat."

Fahri melihat ke arah Sabina.

Sepertinya Sabina memahami maksud Fahri memandang dirinya. Sabina mendekat.

"Kalau nenek Catarina mau tomato soup, Sabina akan buatkan. Nanti bisa makan dengan roti tawar yang ada itu. Segar Nek." Ucap Sabina dengan suara serak.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 149

0 komentar:

Posting Komentar