Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 143

Keira tambah menghambur memeluk Nyonya Janet, ibunya. Keduanya berpelukan agak lama. Tampaknya sang ibu menangis, demikian juga Keira. Nyonya Janet berulang kali minta maaf kepada Keira, namun Keira bilang ibunya tidak harus minta maaf kepadanya sebab ia juga merasa bersalah. Jason menyaksikan adegan itu dengan hati luluh, ia berdehem mengingatkan agar segera masuk ke dalam rumah. Keira melepas pelukannya dan buru-buru memperkenalkan Nyonya Suzan kepada ibunya dan Jason, juga memperkenalkan perempuan berambut pirang setengah baya itu.

"Mama, ini Madam Varenka yang akan melatih Keira secara intensif. Madam Varenka ini pernah mengajar di The Juilliard School, sekolah musik paling hebat di Amerika." Terang Keira dengan sangat antusias dan bangga.

Nyonya Janet menyalami Madam Varenka dengan penuh hormat, lalu menyuruh semuanya masuk ke dalam rumah. "Kita lanjutkan bincang-bincangnya di dalam sambil minum teh. Lebih nyaman."

Fahri melihat adegan itu dari jendela kamarnya. Fahri merasa bahagia melihat ibu dan anaknya itu kembali bersatu dan damai. Ada kebahagiaan yang susah diucapkan dengan kata-kata yang menyusup begitu saja ke dalam lubuh hatinya, setiap kali ia melihat orang lain bahagia atau bisa membantu orang lain bahagia.

Jika Baginda Nabi menjelaskan babwa memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang mukmin adalah sedekah, maka ia berharap memasukkan kebahagiaan ke dalam hati semua anak manusia juga sedekah. Bukankah memasukkan kebahagiaan dalam diri seekor anjing saja bisa menurunkan ampunan dari Allah?

Fahri melihat jam dinding.

Sudah masuk waktu Isya', ia hendak beranjak dari tempat duduknya, namun urung. Sebuah taksi besar datang dan berbenti di belakang mobil Nyonya Suzan. Tampak Misbah keluar dari taksi dan mengeluarkan dua koper besar. Dan beberapa kardus, Fahri turun ke bawah dan mengajak Paman Hulusi membantu Misbah membawa masuk mobilnya.

"Maaf Mas, uangku babis. Boleh pinjam untuk bayar taksi?"

"Nggak usah pinjam Bah, biar aku bayar."

"Matur nuwun Mas."

Fahri mengeluarkan tiga puluh pounsterling dan memberikan kepada sopir.

"Ambil saja kembaliannya."

Kata Fahri kepada sopir taksi. Pria bule gempal pendek dan botak itu mengucapkan terima kasih dengan senyum lebar.

Paman Hulusi meletakkan koper dan barang-barang Misbah di kamarnya.

"Kenapa tidak diletakkan di kamar saya Paman?" Heran Misbah.

"Sementara kamarmu dipakai Nenek Catarina." Sahut Fahri.

"Nenek Catarina tinggal di sini? Bagaimana ceritanya?"

"Nanti biar Paman Hulusi yang cerita. Ayo duduk dulu Bah, kau pasti letih. Paman tolong buatkan Teh!"

"Baik Hoca."

"Maaf Paman, biar saya saja yang membuatkan." Terdengar suara serah menyahut.

Misbah agak kaget, ia langsung menengok ke asal suara.

"Dia juga tinggal di sini? Siapa dia?"

"Namanya Sabina. Nanti biar Paman Hulusi juga yang cerita. Kau rehat dulu."


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 143

0 komentar:

Posting Komentar