Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 146

Paman Hulusi lalu belok kanan menyusuri St David Street, lalu belok kanan dan akhirnya sampai di West Register Street.

"Bangunan depan itu paman, nomor 21, ada tulisannya Royal Pup & Cafe."

"Baik, Brenda, aku sudah lihat."

Cafe itu menempati bangunan klasik gaya Victorian nan gagah. Brenda memimpin rombongan itu memasuki cafe itu. Fahri dan Paman Hulusi tampak tidak canggung sedikit pun. Misbah tampak sedikit canggung. Sementara Sabina terus menunduk.

Satu-satunya meja dengan lima tempat duduk yang kosong ada di dekat kasir. Tak jauh dari meja itu tampak empat orang pria berambut pirang bertubuh kekar sedang minum wisky dan tertawa terbahak-bahak. Fahri mengamati mereka sekilas. Ia kaget. Salah satu dari pria itu adalah Baruch, anak Nenek Catarina. Dalam hati Fahri bersyukur nenek Catarina tidak ikut, jika ikut ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Brenda duduk diikuti Fahri dan yang lain. Fahri kembali melirik ke arah Baruch, pada saat yang sama Baruch sedang melihat ke arah Fahri. Pandangan keduanya bertemu. Fahri seperti melihat mata srigala. Jantungnya berdesir dan tidak nyaman. Fahri menarik pandangannya.

Tiba-tiba terdengar suara tawa terkekeh-kekeh dari empat lelaki itu.

"Mereka itu katanya pintar-pintar. Katanya nabi mereka bilang, orang beriman itu tidak akan masuk dalam lubang dua kali. Katanya begitu, tapi lihat, mereka masuk ke dalam lubang yang sama berkali-kali. Bahkan mungkin setiap hari mereka jalan dan masuk di lubang yang sama. Keledai saja tidak akan setragis dan sebodoh itu. Tapi itu nyata terjadi pada mereka. Wajar kan kalau kita katakan mereka lebih bodoh dari keledai. Memang derajat mereka tidak lebih mulia dari keledai. Jadi dengan kebodohan seperti itu mereka mau mengalahkan kita? Ha ha ha, tidak mungkin itu terjadi. Dan tugas kita adalah membuat mereka terus bodoh!" Ucap salah seorang dari mereka.

"Awas Samuel ini wartawan, dia koresponden koran Arab. Hati-hati Benyamin perkataanmu nanti ditulis sama dia!" Sahut Baruch.

"Tidak usah khawatir. Tulis saja semua yang kau dengar Samuel. Tulis saja di koran-koran Arab dan koran-koran dunia Islam semuanya. Aku tidak pernah khawatir sedikit pun. Sama sekali tidak khawatir!" Sahut pria satunya.

"Apa maksudmu tidak khawatir"!" Tanya Baruch.

"Apa yang dikhawatirkan? Semua rahasia kita ditulis di koran-koran Arab tidak masalah, tidak ada yang perlu kita takutkan. Sebab mereka tetaplah lebih bodoh dari keledai. Pertama, kalau pun ditulis di koran-koran mereka, maka mereka tidak akan membacanya. Mereka malas baca."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 146

0 komentar:

Posting Komentar