Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 137

"Silakan, sana lapor! Asal kamu tahu, saya melakukan ini justru demi menegakkan hukum! Nenek tua ini yang tidak tahu diri. Ini rumah saya. Saya sudah baik hati membiarkannya menempati rumah ini belasan tahun. Sekarang rumah ini mau saya ambil, mau saya jual. Saya sudah jaub-jauh hari memberitahunya, dan memberinya peringatan. Tapi nenek tua ini tidak tahu diri. Beberapa waktu yang lalu saya sudah datang dan minta dia dengan baik-baik meninggalkan rumah ini, bahkan saya sudah mencarikan panti jompo untuknya. Saya siap mengurusi semuanya sampai dia nyaman tinggal di panti jompo, tapi dia berkeras kepala. Dulu ayah saya pernah mengadu kepada saya tentang keras kepalanya nenek tua ini. Mungkin ayah saya meninggal karena keras kepalanya itu. Sekarang sudah habis kesabaran saya! Kalau kau nekad membela nenek ini, maka kau akan berurusan secara hukum dan fisik dengan saya!"

Sementara nenek Catarina masih mengaduh dan terduduk kesakitan di atas tanah.

"Tolong beri waktu nenek Catarina tiga jam saja, saya akan bicara padanya."

"Tiga jam?"

"Tiga jam saja, tolong!"

"Baik. Tiga jam lagi jika nenek tua ini masih tetap ada di rumah ini, saya akan lakukan apapun untuk menyeretnya ke jalan!"

Baruch lalu melangkah ke mobilnya, ia membanting pintu mobilnya dengan keras. Lelaki itu lalu mengendarai mobilnya meninggalkan komplek Stoneyhill Grove. Fahri langsung menolong nenek Catarina, dengan dibantu Paman Hulusi ia menggotong nenek Catarina yang kesakitan tidak bisa berjalan itu ke dalam rumahnya. Nenek Catarina mengeluh tulang paha dan pantatnya seperti telah patah. Fahri tidak berani melihat bagian paha dan pantat nenek itu. Fahri minta Paman Hulusi memanggil Brenda dan Sabina.

Paman Hulusi bergegas memanggil Brenda dan Sabina. Sejurus kemudian Brenda dan Sabina datang. Fahri minta Brenda dan Sabina melihat bagian-bagian yang dikeluhkan nenek Catarina dan memberi pertolongan pertama. Fahri dan Paman Hulusi meninggalkan ruang tamu itu sementara Brenda dan Sabina memeriksa kondisi paha dan bagian-bagian tubuh nenek Catarina yang dirasa sakit.

Fahri kembali ke rumahnya, diikuti Paman Hulusi. Fahri duduk di ruang tamu sambil merenung, apa yang harus ia lakukan? Lelaki seperti apa sesungguhnya Baruch itu, sampai sedemikian sadisnya? Dan sedemikian tidak takut kepada hukum. Begitu jumawanya lelaki itu menantang agar dia melapor ke polisi kalau ingin lapor.

Dua puluh menit kemudian Sabina masuk, Fahri langsung menanyakan kondisi nenek Catarina. Sabina tidak menjawab, ia memberi isyarat agar Brenda saja yang menjelaskan. Brenda yang berada di belakang Sabina lalu masuk dan menjelaskan bahwa mungkin ada tulang paha yang patah, pantat nenek Catarina jelas luka.

"Harus lapor polisi!" Geram Fahri.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 137

1 komentar: