Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 162

"Iya tipis sekilas seperti telur dadar. Blintz ini bisa digunakan sebagai makanan utama. Bisa diisi kentang tumbuk, atau keju manis, atau cacahan ikan Tuna, atau malah diisi buah seperti apel, blueberry dan lain sebagainya. Diisi lalu digulung. Tadi saya isi pakai ikan Tuna. Enak. Segar. Mau coba?"

"Maaf ada campuran babinya tidak Nek? Minyak babi misalnya?"

"Jangan khawatir tidak ada. Saya termasuk Yahudi yang mengharamkan diri saya sendiri makan babi. Makanan saya bersih dari babi. Saya memiliki keju pun yang tidak ada kandungan babinya."

Fahri mengangguk.

"Boleh Nek, saya coba."

"Tunggu sebentar."

Nenek Catarina kembali bangkit dan pergi ke dapur untuk mengambil cacahan ikan Tuna. Tangan keriput itu lalu meracik pancake itu. Setelah diisi Tuna lalu digulung pancake itu diberikan kepada Fahri.

"Bismillahirrahmanirrahim." Lirih Fahri sebelum mengunyah Blintz itu.

"Kalau aku tidak mengetahui kebaikanmu, mungkin aku akan marah kau memakan Blintz buatanku tapi kau berdoa tidak dengan caraku. Tapi kini aku malah senang mendengar cara berdoamu itu. Cara berdoamu itu mungkin berpengaruh pada prilakumu."

"Bismillahirrahmanirrahim itu artinya dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maba Penyayang."

"Pantas sekali kau penuh kasih sayang. "

"Bukan saya nek, yang maha penuh kasih sayang itu Allah. Saya tidak bisa berbuat baik apa pun itu sekecil apa pun perbuatan baik itu kalau tidak diberi kekuatan, bimbingan dan pertolongan Allah yang Maha Kasih."

"Terasa terteram aku mendengarnya."

Fahri terus mengunyah Blintz itu.

"Enak?"

Fahri mengangguk.

"Nenek buatkan teh ya?"

"Tidak usah Nek. Saya ke sini tadi pas minum teh panas. Masih separo saya tinggal kesini karena ingin tahu nenek sudah sarapan apa belum."

"Terima kasih. Kau perhatian sekali."

"Ini hari Sabtu. Jam berapa nenek mau diantara ke Sinagog?"

Tiba-tiba wajah nenek Catarina berubah pucat. Kesedihan menutupi wajah itu perlahan.

"Ada apa Nek? Apa ada kata-kata Fahri yang salah?"

"Tidak. Tidak ada kata-katamu yang salah. Ya, ini Sabtu dan biasanya saya ke Sinagog, tapi mulai hari ini aku putuskan tidak akan ke Sinagog itu lagi. Aku mau beribadah di rumah saja."

"Kenapa?"

"Aku ke sana malah terus bertengkar sama manusia sok paling suci itu. Aku dulu punya pandangan sama dengan mereka, tapi sekarang tidak."

"Saya tidak mengerti maksud Nenek? Kenapa juga mesti bertengkar Nek?"

"Setiap kali aku ke sinagog dan kau antar. Mereka selalu menceramahiku agar tidak bergaul dengan amalek seperti kamu! Di mata mereka amalek itu sangat rendah, manusia yang sangat rendah nilainya. Aku tidak terima kau disebut amalek. Malah aku dituduh yang bukan-bukan. Buat apa kesana lagi?"


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 162

0 komentar:

Posting Komentar