Ayat-ayat Cinta 2 - bagian 163

"Oh jadi tentang amalek. Tolong nanti saya beri tahu nama orang-orang yang bertengkar dengan nenek itu, akan saya ajak berdiskusi secara ilmiah tentang amalek."

"Kau tahu tentang amalek?"

"Itu salah satu bidang kajian saya Nek. Nenek tenang saja, saya akan baik-baik saja. Termasuk jika saya mereka katakan lebih hina dari amalek pun saya akan baik-baik saja Nek."

Nenek Catarina memandang wajah Fahri dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Jadi nenek tetap tidak mau ke Sinagog? Saya dan paman Hulusi sudah siap mengantar."

"Terima kasih. Tidak. Saya ibadah di rumah saja. Toh, Tuhan maha tahu. Yang penting saya tetap setia kepada-Nya."

"Kalau begitu saya pamit dulu Nek, saya ada sedikit pekerjaan di kampus."

"Semoga Tuhan selalu memberkatimu."

"Amin."

Fahri bergegas kembali ke rumahnya lalu mengajak Paman Hulusi dan Misbah untuk jalan. Fahri harus ke kampus The University of Edinburgb sementara Misbah harus ke perpustakaan Heriot Watt University. Mereka bertiga meluncur ke tengah kota Edinburgh dari arah Musselburgh dengan SUV BMW putih yang melaju agak kencang. Pemandangan kanan dan kiri selalu indah dan tidak membosankan. Itu terutama yang dirasakan oleh Misbah yang belum lama tinggal di Edinburgh.

"Misbah, aku minta tolong kamu di perpustakaan jangan terlalu lama. Nanti bantu Paman Hulusi menyiapkan segalanya. Jam tiga kau sebaiknya sudah di The Royal Mile bersama paman Hulusi."

"Insya Allah, Mas"

"Paman biola dari Jerman belum datang?"

"Belum Hoca. Seharusnya kemarin datangnya, tapi belum juga datang. Semoga hari ini."

"Begini saja kalau sampai jam dua nanti belum juga terima biola itu, tolong nanti paman beli biola seadanya saja."

"Baik Hoca."

Mobil itu menurunkan Fahri tepat di gedung tempatnya bekerja di jantung The University of Edinburgh, lalu meluncur menuju Heriot Watt University. Pagi itu, di ruang kerjanya, Fahri menerima Ju Se yang hampir selesai mengerjakan tesisnya. Fahri sengaja meminta Ju Se datang hari itu karena hari itu Fahri ada janji berjumpa dengan Professor Charlotte. Ada sepuluh catatan perbaikan yang diberikan Fahri kepada Ju Se.

"Sepuluh catatan itu sangat vital. Selain itu ada belasan catatan terkait tanda baca. Misalnya ada beberapa paragraf yang kurang tepat dalam meletakkan koma dan titik. Bahkan ada yang kalimatmu sudah selesai tapi tidak kau beri titik. Tolong itu diperhatikan. Saya ingin kau menghasilkan karya terbaik."

"Terima kasih, Doktor Fahri."

"Sudah mulai sekarang tidak usah kau sertakan gelar doktor itu. Langsung panggil nama saja. Fahri. Begitu."

"Baik, Terima kasih. Fahri."

Ujar mahasiswi China itu dengan agak canggung.

"Begitu lebih baik. Maaf, saya ada kerjaan lain. Sudah cukup. Kau boleh meninggalkan ruang ini."

"Baik. Sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - bagian 163

0 komentar:

Posting Komentar