Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 150

"Baiklah, kalau kau tidak lelah Sabina, aku mau tomato soup."

"Baik, nenek tunggu sepuluh menit. Tomato supnya segera siap. Sekalian nenek mau minum apa?"

"Susu cokelat panas ya?"

"Baik Nek, tungggu jangan tidur dulu." Jawab Sabina serak seraya bergegas ke dapur. Fahri mengamati sekilas cara jalan Sabina. Cara jalan itu mengingatkan pada seseorang, tapi cepat-cepat ia tepis dari ingatannya. Fahri melangkah menyusul Sabina.

"Sabina."

"Iya, Tuan."

"Setelah nenek Catarina selesai makan, pastikan minum obatnya. Lalu tanyakan apa keperluannya dan tolong antar dia pelan-pelan untuk tidur di kamarnya. Aku tinggal naik ke atas."

"Baik, Tuan." Sabina memandang kedua mata fahri lalu menunduk. Pandangan mereka berdua beradu sesaat. Bola mata itu membuat Fahri berdesir sesaat namun wajah buruk Sabina itu menghapus segalanya.

Fahri naik ke lantai dua dan memasuki kamarnya untuk istirahat. Setelah mengambil air wudhu ia merebahkan badannya di kasur. Wajah Baruch dan teman-ternannya terbayang. Ejekan dan sindiran mereka yang sangat merendahkan umat Islam terngiang-ngiang. Namun Fahri segera membuang bayangan itu. Terlalu mulia wajah Baruch untuk hinggap lama di dalam benaknya. Ia teringat ia belum merampungkan wiridnya. Masih kurang satu juz muraja'ah hafalan Qur'annya. Di tengah rasa letih yang menderanya, sambil rebahan Fahri mulai melantunkan surat Hud dengan lirih. Menjelang selesai, Fahri terlelap.

Tiba-tiba ponselnya berdencit-dencit. Fahri terbangun dan meraih ponselnya. Ia lihat di layar, dari Eqbal Hakan Erbakan. Itu paman Aisha, Eqbal menikah dengan bibi Aisha. Fahri mengangkat panggilan itu.

"Halo."

"Halo. Fahri?"

"Iya ini Fahri, Paman Eqbal."

"Oh alhamdulillah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Belum tidur?"

"Tadi sudah. Terbangun oleh panggilan telpon Paman."

"Oh maaf kalau menganggu."

"Tidak apa. Ada apa Paman?"

"Saya dan Syaikh Utsman ini baru tiba di Glasgow. Kami baru saja keluar dari pesawat. Ini sedang menunggu bagasi."

"Paman sama Syaikh Utsman?"

"Iya."

"Masya Allah, kenapa Paman tidak memberi tahu? Apa saya harus meluncur ke Glasgow sekarang?"

"Tidak usah. Saya sudah pesan hotel di Glasgow. Malam ini kami nginap di Glasgow. Besok kami meluncur ke Edinburgh pakai kereta."

"Ah Paman selalu begitu. Coba Paman beritahu, Fahri akan jemput di bandara. Paman dan Syaikh Utsman bisa naik mobil ke Edinburgh."


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 150

0 komentar:

Posting Komentar