Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 151

"Syaikh Ustman yang minta tidak merepotkan kamu."

"Syaikh Utsman selalu begitu. Beliau ke sini dalam rangka apa?"

"Katanya datang khusus ingin menemuimu."

"Datang untuk menemui aku?"

"Iya. Masya Allah. Kalau Syaikh Ustman memanggilku ke Mesir untuk menemuinya aku pasti datang Paman. Syaikh Utsman tidak perlu bersusah payah ke sini untuk menemuiku."

"Tapi kenyataannya memang begitu."

"Kenapa beliau ingin menemuiku Paman?"

"Itu yang aku tidak tahu. Besok saat jumpa pasti kau akan tahu."

"Ah jadi penasaran. Besok sampai di Edinburgh jam berapa?"

"Insya Allah sampai di stasiun Waverly jam 12 siang."

"Baik besok, Fahri jemput. Kita langsung makan siang dan shalat dhuhur di Masjid Pusat Edinburgh."

"Baik jumpa besok Insya Allah. Selamat istirahat kembali. Mohon maaf jika menganggu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Paman Eqbal menutup panggilannya. Fahri termenung sambil duduk di pinggir kasurnya. Rasa lelah dan rasa ngantuknya seperti hilang seketika. Ia tiba-tiba didera rasa penasaran luar biasa. Kenapa Syaikh Utsman sampai memaksakan diri menempuh perjalanan sedemikian jauh dari Mesir, mungkin ke Istanbul dulu, baru ke Edinburgh, untuk menemuinya? Ada apa? Seperti apa wajah Syaikh Ustman, setelah sekian tahun tidak berjumpa dengannya? Rasa kerinduan yang luar biasa itu tiba-tiba menyergap.

Bayangan indah dulu di Mesir talaqqi pada Syaikh Ustman seketika terpapar di pelupuk mata. Juga kenangan indah saat pertama kali bertemu Aisha di rumah Syaikh Ustman. Saat pertama kali melihat wajah cantik Aisha yang saat itu begitu bercahaya saat pelan-pelan melepas cadarnya.

"Ya Allah, rahmatilah Syaikh Ustman dan semua guruku ya Allah. Aamiin." Lirih Fahri.

Tiba-tlba samar-samar terdengar suara serak perempuan melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Fahri mendengarkan dengan seksama. Beberapa jurus kemudian, sayup-sayup terdengar suara biola digesek dengan indah menyayat. Fahri langsung bisa memastikan itu adalah Keira. Biasanya Fahri akan menikrnati suara biola yang jernih itu, namun kali ini ia merasa terganggu. Entah kenapa nurani terdalamnya begitu tertarik untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an meskipun dengan suara serak. Namun suara biola itu mengganggu konsentrasinya mendengarkan lantunan tilawah itu.

Fahri bangkit dan mengambil ear phone di laci mejanya. Ia menyalakan murattal yang ada di ponselnya lalu memasang ear phone dan merebahkan tubuhnya sambil mendengarkan suara Syaikh Mahmud Khushori membaca Al Qur'an. Fahri kembali terlelap.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 151

0 komentar:

Posting Komentar